ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN ALZEIMER
A. Definisi
Penyakit Alzheimer atau Senile Dementia
of the Alzheimer Type (SDAT) merupakan gangguan fungsi kognitif yang
onsetnya lambat dan gradual, degenerative, sifatnya progresif dan
permanen. Awalnya pasien akan mengalami gangguan fungsi kognitif dan secara perlahan-lahan
akan mengalami gangguan fungsi mental yang berat.
Penyakit Alzheimer pertama kali ditemukan pada tahun 1907
oleh ahli Psikiatri Jerman yaitu Alois Alzheimer. Dia menemukan penyakit ini
setelah mengobservasi seorang wanita yang bernama Auguste D (51 tahun)
dari tahun 1901 sampai wanita ini meninggal pada tahun 1906. Wanita tersebut
mengalami gangguan intelektual dan memori tetapi tidak mengalami gangguan
anggota gerak, koordinasi dan reflek.
Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus
dan simetri, dan secara mikroskopik tampak bagian kortikal otak
mengalami neuritis plaque dan degenerasinerofibrillary. Lima tahun
selanjutnya sebelas kasus yang sama dilaporkan kembali sehingga ditetapkanlah
nama penyakit tersebut sebagai penyakit Alzheimer.
B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif
penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi
imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter,
defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan
patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan
penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino
dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut
mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium
intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau
terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat,
dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
C. Gejala dan
Tanda
Penyakit Alzheimer dapat dimulai dengan hilangnya sedikit
ingatan dan kebingungan, tetapi pada akhirnya akan menyebabkan pelemahan mental
yang tidak dapat diubah dan menghancurkan kemampuan seseorang dalam mengingat,
berpikir, belajar, dan berimajinasi.
1. Hilangnya ingatan
Setiap orang memiliki penyimpangan dalam ingatan. Adalah hal yang normal
ketika anda lupa dimana anda menaruh kunci mobil atau lupa nama orang yang
jarang anda lihat. Tetapi masalah ingatan yang berhubungan dengan Alzhaimer
berlangsung lama dan buruk. Orang-orang dengan Alzhaimer mungkin:
- Mengulangi
sesuatu yang telah dikerjakannya.
- Sering
lupa akan ucapan dan janji yang dilakukannya.
- Sering
salah menaruh sesuatu, sering menaruh sesuatu di tempat yang tidak wajar.
- Pada
akhirnya lupa dengan nama anggota keluarga dan benda-benda yang biasa
digunakan dalam kesehariannya.
2. Bermasalah ketika berpikir secara abstrak
Orang dengan Alzheimer bermasalah dalam berpikir mengenai suatu hal
terutama dalam bentuk angka.
3. Kesulitan dalam menemukan kata yang tepat
Sulit untuk orang dengan Alzhaimer untuk menemukan kata yang tepat
untuk menyampaikan pemikiran mereka atau ketika mereka terlibat pembicaraan.
Pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis mereka.
4. Disorientasi
Orang dengan Alzheimer sering hilang kemampuan untuk mengingat waktu dan
tanggal, serta akan merasakan diri mereka hilang di lingkungan yang sebenarnya
familiar bagi mereka.
5. Hilang kemampuan dalam menilai
Menyelesaikan masalah sehari-hari merupakan hal yang sulit dan menjadi
bertambah sulit sampai akhirnya adalah sesuatu yang dirasa tidak mungkin bagi
mereka yang memiliki Alzheimer. Alzheimer memiliki karakteristik sangat sulit
untuk melakukan sesuatu yang membutuhkan perencanaan, pengambilan keputusan dan
penilaian.
6. Sulit untuk melakukan tugas yang familiar
Sulit dalam melakukan tugas rutin yang membutuhkan langkah-langkah yang
berkelanjutan dalam proses penyelesaiannya, contohnya memasak. Pada akhirnya,
orang dengan Alzheimer dapat lupa bagaimana melakukan sesuatu bahkan yang
paling mendasar.
7. Perubahan kepribadian
Orang dengan Alzheimer menunjukkan:
a) Perubahan suasana hatiHilang kepercayaan terhadap
orang lain.
b) Meningkatnya sikap keras kepala
c) Depresi
d) Gelisah.
e) Agresif
D. Patofisiologi (WOC)
Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi
dijumpainya Neurofibrillary Tangles (NFTs), plak senilis dan atropi
serebrokorteks yang sebagian besar mengenai daerah asosiasi korteks khususnya
pada aspek medial dari lobus temporal.Meskipun adanya NFTs dan plak senilis
merupakan karakteristik dari Alzheimer, mereka bukanlah suatu patognomonik.
Sebab, dapat juga ditemukan pada berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya
yang berbeda dengan Alzheimer, seperti pada penyakit supranuklear palsy yang
progresif dan demensia pugilistika dan pada proses penuaan normal.
Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang
signifikan dan menempati topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan
berat molekul yang rendah dan terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda
dari proses penuaan yang normal. Tapi bila terdapat di daerah medial lobus
temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah merupakan suatu keadaaan
yang abnormal.Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat lesi lain yang
dapat dijumpai pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif dan
memori, meliputi :
(1) Degenerasi granulovakuolar Shimkowich
(2) Benang-benang neuropil Braak , serta
(3) Degenerasi neuronal dan sinaptik.
Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme patofisiologis yang
mendasari penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian
korteks akibat hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang berfungsi
sebagai penghubung bagian-bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi
degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel neuron terutrama pada daerah
hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-neuron yang bersifat
kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter asetilkolin
di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan terdapat peluasan
ventrikel-ventrikel serebral.
E. Pemeriksaan
Diagnostik
Dalam pemeriksaan diagnostic pada klien dengan penyakit Alzheimer yakni
pemeriksaan neuropatologi dan neuropsikologik.
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris, sering
kali berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).Beberapa penelitian
mengungkapkan atropi lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior
frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem
somatosensorik tetap utuh (Jerins 1937).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari :
a. Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal
yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. NFT ini juga terdapat
pada neokorteks, hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus seruleus, dorsal
raphe dari inti batang otak. NFT selain didapatkan pada penyakit alzheimer,
juga ditemukan pada otak manula, down syndrome, parkinson, SSPE, sindroma
ektrapiramidal, supranuklear palsy. Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya
demensia.
b. Senile plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending
yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit,
mikroglia. Amloid prekusor protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan
dengan kromosom 21. Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks,
amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks
motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile
plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. Perry (1987) mengatakan densitas
Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran
histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk
penderita penyakit alzheimer.
c. Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit
alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan
pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada
hipokampus, amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe
nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada
nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus
seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum
dorsalis.
Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang
berdegenerasi pada lesi eksperimental binatang dan ini merupakan harapan dalam
pengobatan penyakit alzheimer.
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser
nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan
SP, perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan
insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital,
hipokampus, serebelum dan batang otak.
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada
enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada
korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama
dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran
histopatologi penyakit parkinson.
Hansen et al menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit
alzheimer.
2. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi pemeriksaan
neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi
kognitif umum danmengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi. Test
psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh
beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan
ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa. Evaluasi
neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting karena:
- Adanya
defisit kognisi yang berhubungan dgndemensia awal yang dapat diketahui
bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
- Pemeriksaan
neuropsikologik secara komprehensif memungkinkan untuk membedakan kelainan
kognitif pada global demensia dengan defisit selektif yang diakibatkan
oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri.
- Mengidentifikasi
gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia karena
berbagai penyebab. The Consortium to establish a Registry for
Alzheimer Disease (CERALD) menyajikan suatu prosedur penilaian
neuropsikologis dengan mempergunakan alat batrey yang bermanifestasi
gangguan fungsi kognitif, dimana pemeriksaannya terdiri dari :
1. Verbal fluency animal category
2. Modified boston naming test
3. mini mental state
4. Word list memory
5. Constructional praxis
6. Word list recall
7. Word list recognition
Test ini memakan waktu 30-40 menit dan <20-30 menit pada kontrol.
3. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat
kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita alzheimer
antemortem. Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya
penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri.
Atropi kortikal menyeluruh danpembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran
marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga
didapatkan pada demensia lainnya seperti multiinfark, parkinson, binswanger
sehingga kita sukar untuk membedakan dengan penyakit alzheimer.
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi
dengan beratnya gejala klinik danhasil pemeriksaan status mini
mental. Pada MRI ditemukan peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan
periventrikuler (Capping anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini
merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di
kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya
atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura
sylvii.
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang
pada penyakit alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat
pada lobus frontalis yang non spesifik
5. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah,
metabolisma O2, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun
pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi
kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.
6. SPECT (Single Photon Emission Computed
Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer. Kelainan
ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
7. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer.
Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit
demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE,
fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening
antibody yang dilakukan secara selektif.
F. Penatalaksanaan
Penyakit Alzheimer tidak dapat diobati sehingga penanganan yang dapat
diberikan adalah penanganan yang sifatnya simptomatis. Yaitu dengan cara
memelihara fungsi mental pasien, menangani behavioral symptoms, dan
memperlambat progresivitas penyakit.
Ada tiga bentuk penangan yang dapat diberikan kepada pasien Alzheimer,
yaitu :
1. Pharmaceutical
Ada beberapa obat yang dapat memelihara kemampuan berpikir, kemampuan
berbicara dan ingatan pasien Alzheimer. Obat-obat tersebut yaitu :
a. Tacrine.
Obat ini efektif dalam meningkatkan kemampuan mengingat
pasien, tetapi obat ini hanya dapat diberikan pada pasien Alzheimer derajat
ringan sampai sedang. Efek samping yang ditimbulkan berupa mual, muntah, diare,
nyeri perut, gangguan pencernaan, ruam-ruam pada kulit. Selain itu, obat ini
juga bersifat hepatotoxicity karena dapat meningkatkan enzim hati
(alanine aminotransferase atau ALT). Oleh karena itu, obat ini jarang
digunakan karena harus melakukan tes darah setiap minggu untuk memonitor kadar
ALT.
b. Donepezil (Aricept).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan
sampai sedang. Efek samping obat ini lebih sedikit daripada tacrine. Obat ini
tidak menimbulkan peningkatan kadar ALT dan efek samping terhadap perut juga
sedikit.
c. Rivastigmine (Exelon).
Obat ini dapat membantu meningkatkan aktifitas pasien
seperti makan sendiri, memakai baju sendiri, mengurangi behavioral
symptoms(delusi dan agitasi), dan meningkatkan fungsi kognitif (berpikir,
mengingat, dan berbicara). Rivastigmine (Exelon). Obat ini dapat
membantu meningkatkan aktifitas pasien seperti makan sendiri, memakai baju
sendiri, mengurangi behavioral symptoms (delusi dan agitasi), dan
meningkatkan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, dan berbicara).
d. Galantamine (Reminyl).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan
sampai sedang. Efek samping obat ini juga sedikit.
e. Memantine (Namenda).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat berat.
Obat ini melindungi neuron dari peningkatan jumlah glutamate. Efek samping
yang ditimbulkan adalah neurotoxic. Kadang-kadang obat ini dikombinasikan
dengan donepezil.
Selain pemberian obat, terapi penggantian estrogen pada pasien wanita
postmenopause juga dapat mengurangi risiko menurunnya fungsi kognitif.
Pemberian pengobatan alternatif seperti ginkgo biloba juga dapat
memelihara fungsi kognitif.Pemberian NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory
drug) dapat mengurangi risiko terkena penyakit Alzheimer, tetapi obat ini
kurang efektif untuk mencegah dan memperlambat progresivitas penyakit
Alzheimer.
Antioksidan seperti vitamin E dapat menghambat kerusakan oksidatif
dan melindungi otak dari radikal bebas. Antioksidan dapat menghambat efek
toksik dari beta-amyloid.Obat antidepresan, antipsikotik, dan sedatif
dapat digunakan untuk menangani behavioral symptoms seperti agitasi,
agresi,wandering, dan penyakit tidur.
2. Psychosocial
intervention
Terapi ini bertujuan agar penderita Alzheimer menjadi lebih mengenal, lebih
siap menghadapi penyakitnya, dan lebih dapat memanage dirinya
sendiri.Intervensi psikososial dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu
:
Ø Pendekatan prilaku, yaitu dengan mengidentifikasi
dan menurunkan masalah prilaku pasien seperti mengompol dan wandering.
Ø Pendekatan emosi, meliputi reminiscence
therapy (bermanfaat untuk kognitif dan mood pasien), validation therapy,
supportive psychotherapy, sensory integration disebut
juga snoezelen, dansimulated presence therapy.
Ø Pendekatan kognitif, yaitu dengan melatih kemampuan
berpikir pasien, mengenal lingkungan pasien, dan berusaha mengingatnya.
Ø Pendekatan stimulasi orientasi, yaitu dengan terapi
kesenian, terapi musik, terapi binatang peliharaan, beraktifitas, dan rekreasi.
3. Caregiving
Caregiving diperlukan ketika pasien telah mengalami kesulitan dalam
beraktifitas setiap hari seperti sulit menelan dan bergerak. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi progresivitas penyakit dan menghindari penyakit penyerta
lainnya (malnutrisi dan infeksi).
G. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Alzheimer
- PENGKAJIAN
Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
a) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama,umur(lebih sering pada umur lanjut usia
popularitas lebih dari 85 th) jenis kelamin pendidikan alamat,pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,nomor
register, diagnose medis
b) Keluhan Utama
Yang sering terjadi dan menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat,perubahan kognitif,dan
kelumpuhan gerak ekstremitas
c) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pada anamnesis, klien sering mengeluhkan sering lupa dan hilangnya
ingatan yang baru.Pada beberapa kasus,keluarga sering mengeluhkan bahwa klien
sering mengalami tingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar rumah sendiri
tanpa meminta izin pada anggota keluarga ang lain sehingga sangat meresahkan
anggota keluarga yang menjaga klien.Pada tahap lanjut dari penyakit,keluarga
sering mengeluhkan bahwa klien menjadi tidak dapat mengatur buang air,tidak
dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari atau mengenali anggota keluarga.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan kepada klien yakni meliputi adanya
suatu riwayat hipertensi,Diabetes Melitus,penyakit jantung,penggunaan
obat-obatan anti ansietas(benzodiazepine),penggunaan obat antikolinergik dalam
jangka waktu yang lama,dan riwayat sindrom down yang pada suatu saat kemudian
menderita penyakit Alzheimer pada usia 40-an
1. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,
ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara
program televisi.
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli
(merupakan factor predisposisi).
3. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan
persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang,
penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri.
kehilangan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk
melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) ,
duduk dan menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak
bergerak dan emosi stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat
kembali kain ), menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.
4. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan
diare.
5. Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi)
perubahan dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari
terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah,
menghindari/menolak makan (mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan).
dan tampak semakin kurus (tahap lanjut).
6. Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang
kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa
langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang
berminat pada atau lupa pada waktu makan: tergantung pada orang lain untuk
memasak makanan dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan.
7. Neurosensori
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama
perubahan kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku (diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak ).
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku (diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam
menemukan kata- kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya
berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti;
terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk
membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus ).
8. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi
factor predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka
bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
9. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya;
pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang
muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
10. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran
sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya
perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan
frekuensi pernafasan
A. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan :
Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva
dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
1. Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau
penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak
nafas, dan penggunaan otot Bantu nafas.
2. Palpasi : Traktil premitus seimbang
kanan dan kiri
3. Perkusi : adanya suara resonan pada
seluruh lapangan paru
4. Auskultasi : bunyi nafas tambahan
seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien dengan peningkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
dengan inaktivitas.
- B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
- B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
dengan pengkajian pada sistem lainnya.Inspeksi umum, didapatkan berbagai
manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan
status kognitif klien.
a. Pengkajian
fungsi serebral:
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan
memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Pengkajian Saraf kranial.
Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf
cranial(nervous) I-XII :
1. Saraf (Nervus olfaktorius) I.
Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi penciuman
2. Saraf (Nervus optikus) II.
Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan keadaan usia
lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan ketajaman
penglihatan
3. Saraf ( Nervus okulomotorius,
Nervus trochlearis, Nervus abdusen) III, IV dan VI Biasanya tidak
ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
4. Saraf (Nervus trigeminus) V. Wajah
simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
5. Saraf (Nervus facialis) VII.
Persepsi pengecapan dalam batas normal
6. Saraf (Nervus auditorius) VIII.
Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional
7. Saraf (Nervus glosofaringeus,
Nervus vagus) IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan
perubahan status kognitif
8. Saraf (Nervus accecorius) XI.
Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
9. Saraf (Nervus hipoglosus) XII.
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi dan
indera pengecapan normal
c. Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang
ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J.
2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Doenges,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Engram,
Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.
Jakarta:EGC
Lumbantobing,
Prof.DR.dr.SM. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta :
FKUI
Muttaqin, Arif.
2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
Stanley, Mickey
& Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Edisi 2. Jakarta : EGC.
http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=2002
0 komentar:
Posting Komentar